By Bonfasius Yatipai |
Di tengah genderang pembangunan yang maju pesat, hidup ribuan anak manusia Duma Dama yang masih sangat terbelakang. yang hidup di tengah belantara Papua yang sulit dijangkau karena terlampau jauh dan sulitnya medan.
Di
antara mereka yang hidup itu, sebagian besar adalah anak-anak, yang kondisi
hidupnya kurang terawat. Minimnya asupan gizi membuat pertumbuhan anak-anak Duma
Dama itu berjalan lamban. Bukan hanaya itu, mereka juga tidak dapat mengenyam pendidikan
karena tidak ada guru yang mau tinggal di kampung-kampung.
Selama
turne ke kampung Duma Dama , Saya menyaksikan bahwa tidak ada guru yang tinggal
di kampung untuk mendidik dan mengajar anak-anak. Guru yang ditempatkan di
kampung-kampung memilih tinggal di kota Enarotali kab
Paniai.
Ada
gedung sekolah, tetapi mubasir karena tidak ditempati oleh para guru. Akibatnya
sekolah dikelilingi oleh rumput bahkan pohon yang tinggi. Ironinya, para guru
menerima gaji setiap bulan. Para guru tidak pernah menjalankan kewajiban
mendidik dan mengajar anak-anak, tetapi mereka tetap menerima gaji tanpa ada
sanksi dari pemerintah Kab Paniai.
Hal yang sama terjadi pada pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan yang ditempatkan di kampung-kampung tidak mau tinggal di kampung. Mereka memilih tinggal di kota . Tidak dapat dimungkiri bahwa situasi ini membuat banyak anak Duma Dama meninggal dunia hanya karena panas, menceret atau malaria.
Saya Seorang Mahasisa Asal Kampung Duma Dama melihat di kampong Halaman seperti, Dogomo, Dakabado, itu pendidikan dan kesehatan tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah Kab Paniai Minimnya kontrol dan pengawasan membuat para petugas kesehatan dan guru-guru enggan melaksanakan tugas di kampung-kampung. Hal ini diperparah lagi dengan nurani para petugas yang tumpul. Betapa tidak, mereka menerima gaji tanpa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Sejauh yang saya alami sewaktu brlibur bersama orang tua di kampung Duma Dama pedalaman Papua, bahwa mereka belum tersentuh arus pembangunan. Mereka masih tinggal tetap terbelakangi oleh, Pendidikan, Pemerintah,dan Kesehatan. Tidak ada kemajuan apa-apa, justru yang terjadi mereka semakin menderita.
pernah terputus sejauh belum ada kesadaran untuk membangun orang papuat dengan hati tulus dan ikhlas. Orang papua, terutama generasi muda Duma Dama akan terbelakang, tertinggal bahkan akan hancur karena poros transformasi yakni pendidikan terabaikan. Bagaimana mungkin anak-anak Duma Dama berkembang kalau mereka tidak mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang baik?
Kisah tentang anak-anak Duma Dama ini, juga terjadi di seluruh tanah Papua. Kalau situasi seperti ini dibiarkan terus terjadi, maka dapat dipastikan generasi muda Duma Dama dan orang-orang Papua umumnya ke depan akan semakin tertinggal. Mereka tertinggal karena situasi sosial yang tidak adil dibiarkan terus berlangsung di tanah Papua..
Penulis : Bonfasius Yatipai
Mahasiswa STIOM Jayapura
West Papua
0 komentar:
Posting Komentar